Banyak dari kita yang menganggap konflik adalah hal yang buruk. Tidaklah demikian.
Ada dua jenis konflik yang terjadi, dengan mempelajari akan membantu anda menangani konflik dengan lebih baik.
Konflik & Kerjasama di tempat kerja
Sebuah topik yang menarik banyak perhatian di tempat kerja adalah konflik; bagaimana terjadi, menghindari, dan menanganinya. Jarang ada organisasi yang tidak menghadapi isu konflik, dan bagaimana menanganinya sehingga memberikan hasil yang positif daripada pertikaian.
Pada artikel ini, kita akan melihat beberapa elemen penting dalam konflik, bagaimana terjadi dari waktu ke waktu dan memberikan beberapa strategi umum untuk mengatasinya.
Dua Jenis Konflik
Di tempat kerja, anda biasa menemukan dua jenis konflik. Yang pertama adalah konflik mengenai keputusan, ide, arahan dan tindakan. Kita menyebutnya dengan “substantive conflict” karena terkait dengan ketidaksetujuan mengenai substansi sebuah isu. Bentuk kedua adalah, “personalized conflict” yang sering disebut dengan konflik pribadi. Dalam bentuk ini, kedua belah pihak “tidak saling menyukai “.
Substantive Conflict
Substantive conflict dapat terjadi di isu apapun, namun pergerakan kekuatannya adalah kedua belah pihak tidak setuju terhadap sebuah isu. Ini dapat berarti hal yang baik atau buruk. Pihak yang menangani konflik dengan baik dapat menciptakan, untuk dirinya sendiri atau sekelilingnya, kemampuan untuk memecahkan sebuah isu dengan kreatif, sesuatu yang lebih baik daripada posisi pihak lainnya. Mari kita lihat contohnya.
Terjadi konflik antara manajer cabang dan staf mengenai jam kerja. Manajer cabang menginginkan semua staf bekerja dengan jam yang standar, dimulai pk. 8.00 sehingga pelanggan mendapatkan layanan pertama kali di pagi hari. Seorang staf menginginkan dimulai pukul 9.00, karena dia bertanggung jawab merawat anaknya. Di beberapa kesempatan, staf tersebut terlambat datang, yang menurut manajer, karyawan tersebut tidak bersedia mematuhi peraturan.
Untuk menenangkan situasi, kedua pihak mencoba memahami situasi, bukan salah satu menjadi pemenang, namun dalam sudut pandang memecahkan masalah. Setelah membahas situasi yang ada, (dan memahami kebutuhan masing-masing), mereka menyadari bahwa a) hampir tidak ada pelanggan yang datang di pagi hari, b) tidak banyak pekerjaan yang dilakukan oleh staff yang datang pk. 8:00, dan c) banyak pelanggan yang menelpon antara pk 4:00 dan 5:00 sore. Kedua pihak setuju untuk merubah jam kerja. Hasilnya: karyawan yang senang dan memberikan layanan yang lebih baik.
Konflik Pribadi
Ketika substantive konflik, jika ditangani dengan benar, dapat menjadi sangat produktif, konflik pribadi sama sekali bukan hal yang baik. Ada beberapa alasan. Pertama, konflik pribadi dipicu oleh emosi (biasanya kemarahan, tekanan) dan persepsi atas kepribadian, karakter atau maksud orang lain. Kedua, karena konflik pribadi adalah masalah emosi dan bukan isu, maka pemecahan masalah hampir tidak berguna, karena kedua belah pihak tidak sungguh-sungguh ingin memecahkan masalah. Ketiga, konflik peribadi akan memburuk dari waktu ke waktu , jika tidak dirubah menjadi substantive conflict..
Mari kita lihat contoh sebelumnya, namun dengan situasi penanganan yang berbeda.
Ketika manajer cabang melakukan pendekatan pada staf karena tidak disiplin, dia menunjukkan kekesalan. Sedangkan staf, yang merasa ditekan, menganggap manajer tidak adil, semena-mena dan defensif. Hal ini, akan mengakibatkan manajer “meletakkan hukum”.Setelah berdiskusi, manajer merasa stafnya adalah orang yang malas dan hanya mencari-cari alasan, sementara staf merasa boss akan menyingkirkannya.
Tentu saja situasi kian memburuk. Bahkan ketika staf terlambat beberapa menit, dengan alasan yang masuk akal, bos akan menemuinya seolah telah melakukan kesalahan yang besar. Staf marah, tertekan dan mulai menghabiskan waktu break yang lebih panjang dan sering ijin „sakit”.
Strategi Solusi
Identifikasi
Ketika terlibat dalam situasi konflik, penting bagi anda untuk menyadari apakah anda dan pihak lain terlibat dalam substantive konflik atau konflik pribadi. Bukan hal yang mudah untuk membedakannya, dan sulit untuk secara jujur mengakuinya. Tanyakan pada diri anda pertanyaan berikut:
Apakah saya tidak menyukai orang lain atau kesal dengannya?
Apakah saya melihat orang lain tidak layak dipercaya dan dihargai?
Apakah saya ingin “menang”?
Jika kebanyakan jawaban pertanyaan tersebut adalah ya, maka anda menempatkan diri anda pada konflik pribadi sehingga tidak seorangpun yang menang dalam jangka panjang.
Mengarahkan ke situasi Substantive Issues
Dalam situasi dumana anda dan pihak lain memiliki konflik pribadi, anda bisa fokus pada isu tertentu. Anda tidak secara langsung memiki kendali atas orang lain, tapi anda dapat mengendalikan diri anda sendiri. Dengan memindahkan isu, dan mempertahankannya, anda mendorong orang lain untuk melakukan hal yang sama.
Tentu saja ini hal yang mudah. Triknya adalah dengan memisahkan persepsi negatif pada seseorang. Setiap kali anda berpikir betapa “bodohnya” anda(atau hal negative lainnya), maka akan semakin sulit bagi anda untuk tetap fokus pada pemecahan masalah, daripada menang, atau bertindak semaunya.
Sumber artikel :www.authorpalace.com
Diterjemahkan oleh: Iin (Tim PengusahaMuslim.com)